Author

My photo
Dilukiskan oleh Allah dengan indah. Lukisan berupa gadis langit yang terbang-terbang tanpa bingkai. Ya, mereka menyebutnya gadis senja pecinta angka 13.

Wednesday, October 23, 2013

Sakit dan Puisi

“Poetry heals the wounds inflicted by reason.” — Novalis

SAYA lupa kapan tepatnya saya mulai tidak senang ditemani oleh orang lain ketika sedang sakit. Sakit selalu memberi saya ruang yang lapang untuk ditemani oleh diri sendiri dan buku-buku puisi. Dua bulan terakhir ini, kesehatan fisik saya sama sekali tidak bisa dibilang baik. Sementara itu, kesehatan jiwa saya tampaknya memang tidak pernah cukup baik sejak lahir.

Seingat saya, dua bulan terakhir ini, saya hanya meninggalkan rumah sebanyak lima kali. Dua yang pertama, saat berada di puncak rasa sakit, saya keluar karena sahabat saya meninggal dunia. Dua yang lain, saya dipaksa oleh sahabat yang lain untuk makan di luar rumah. Dan, sekali waktu, saya harus keluar karena ada wawancara. Selain itu, saya hanya tinggal di rumah. Dua puluh empat jam dalam sehari. Tujuh hari dalam seminggu.

Sakit, tentu saja, bukan hal yang menyenangkan. Tapi, sakit selalu melimpahkan kepada saya banyak waktu untuk membaca. Dan, meskipun saya juga membaca buku-buku jenis lain, saya lebih banyak dan lebih senang membaca buku puisi ketika sakit. Entah kenapa, saya selalu merasa buku-buku puisi memberi saya kekuatan. Saya tidak senang aroma obat-obatan dan saya merasa tertolong oleh puisi. Terdengar tidak masuk akal. Tapi, begitulah adanya.